Dia termangu sejenak, menerawang, kemudian mulai bercerita. Sebenarnya
lebih kepada penyatuan cerita yang tercecer selama ini. Ya, sudah beberapa kali
dia bercerita tentang masa lalunya, namun dalam kisah sepotong – sepotong. Walau
aku bisa merangkainya, namun tetap ada bagian – bagian yang butuh ditambal. Dan
malam ini dia seakan mengisi kekosongan – kekosongan bagian itu, menambalnya
dengan cerita yang lebih runut. Aku adalah pendengar yang baik, maka aku diam
dan cukup menunjukkan mimik ekspresi. Dia sedang berbagi daftar. Dan di
antaranya, ada nama – nama yang membuatnya terkenang cukup lama. Ah ya, cinta
pertama salah satunya. Cinta – cinta penuh perasaan salah dua dan tiganya.
Dari keseluruhan ceritanya, ada hal menakjubkan yang
kucatat, dia tak pernah menjelek – jelekkan. Dia menghargai setiap kehadiran
masing – masing wanita pengisi hidupnya. Dia tak menuntut banyak. Baginya kecantikan,
kekayaan, kepandaian, dan beragam kelebihan telah diatur tuhan sesuai dengan
porsinya. Dia tak terlalu merisaukan dan mengenang paras para mantan. Dia lebih
memilih melihat kebaikan mereka, pengorbanan, cara menunjukkan kasih sayang. Dia
mengatakan tak pernah peduli dengan masa lalu mantan – mantannya. Selama saat
bersamanya baik dan tidak berkhianat, maka dia meyakini orang itu orang baik. Ah
ya, barangkali memang hatinya sedang halus dan melankolis saat ini.
Di ujung ceritanya, dia melihat pada mataku, menyentuh
pipiku dengan telapak tangannya, kemudian tersenyum. Dia mengucapkan terima
kasih. Aku tersenyum. Barangkali dia lega telah menumpahkan segalanya padaku. Bukan
hanya persoalan rumit kehidupan dewasa semacam keuangan dan hubungan bisnis
belaka, melainkan juga timbunan cerita percintaan remaja yang mungkin dia
merasa perlu untuk membaginya denganku, agar denganku tiada lagi rahasia yang
perlu dia pertahankan.
Di detik ini aku merasa lega. Setidaknya aku dipercaya. Dan aku
pun merasa malu dan tersadarkan. Seorang pria yang jatuh cinta tidak memandang
fisik sebagai acuan utama. Kenyamanan lah yang dicari. Lalu mengapa aku
sebegitu panik dan rendah diri ketika ada jerawat tumbuh di muka? Aku belajar
berdamai dengan keadaanku saat ini. Jika sikapku adalah sumber ketenangan
baginya, harus apalagi yang bisa menjaga kami selain cinta?
Ah, aku turut pada perasaan melankolis. Aku memutuskan
berterima kasih kepada semua mantan – mantanku di luar sana. Setidaknya mereka
turut membentuk kepribadianku hari ini. Terutama kepada cinta pertama, yang aku
tau diam – diam masih mengingatku dengan segala puja dan cerca..
Dengan backsound The
Rain – Terlatih Patah Hati